Menurutnya, pendekatan berbasis data ini tidak melulu harus merujuk hasil litbangkes yang masih sangat minim menyentuh soal kesehatan jiwa. Selain data bersifat akademis penelitian, big data bersifat realistis dari startup di Indonesia seperti GoFood atau GrabFood pun bila diolah dapat memberikan gambaran nyata gaya hidup masyarakat. “Kita juga sudah memiliki ‘Rapor Kesehatanku’ di setiap sekolah. Kalau ini diolah ini dapat menjadi pemetaan masalah kesehatan mental remaja yang luar biasa dalam membuat roadmap pembentukan SDM unggul,” tegasnya.

Prisia Nasution, Pendiri Kopi Panas Foundation mengatakan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap penyakit gangguan jiwa masuh sangat minim sehingga masih masih memberi stigma negatif pada penderita gangguna jiwa. “Orang dengan gangguan jiwa jumlahnya sangat tinggi dan terus meningkat setiap tahun sedangkan kehadiran tempat atau badan yang menaungi isu ini jumlahnya tidak seimbang,” ujar Prisia. Ia melanjutkan, “Ditambah lagi, stigma negatif mengenai gangguan jiwa, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan jiwa yang masih sangat minim, bahkan kesehatan jiwa milik mereka sendiri.” Prisia juga menyoroti upaya rehabilitatif yang sampai saat ini belum ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Sosial. Ia menyampaikan https://www.dioceseinfo.org/ pendirian lembaga yang diempunya pun, bukan hanya sebagai pusat pembelajaran dan simpul gerakan sosial dan lingkungan melainkan juga mengupayakan peningkatan kesadaran publik. Ia mendorong lembaga pemerintah atau non-pemerintah yang memiliki visi dan misi masing-masing soal kesehatan jiwa dapat saling bersinergi dalam penguatan penanganan masalah kesehatan jiwa, khususnya di kalangan remaja.

“Saya merasa tidak cukup bekal untuk membantu (Lala). Sudah bikin sakit kepala ini. Sehingga seizin suami saya ingin kuliah lagi, agar punya ilmu yang bermanfaat dalam mendidik Lala ataupun anak-anak gifted lainnya,” ungkap Patricia atas pergolakan batin yang terjadi saat itu. Akhirnya setahun setelah Lala mulai kuliah, Patricia mendaftar dan diterima di S2 Pendidikan Luar Biasa UNY angkatan 2016. Pada saat itu, Patricia merupakan satu-satunya mahasiswa yang tidak berlatar belakang pendidikan luar biasa di jenjang S1 nya. “Saya guru seni musik. Lainnya teman saya, guru di SLB, dan anak-anak lulusan PLB. Alih jurusan bukan hal yang mudah ternyata karena saya belajar teori dari awal,” kenang Patricia.

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com